Skip to main content

TEKNIK MEKANISASI PANEN KELAPA SAWIT DI PT TUNGGAL PERKASA PLANTATIONS AIR MOLEK-INDRAGIRI HULU-RIAU

Pemanenan Kelapa Sawit Menggunakan mesin Wintor
BAB 1

I. PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu  jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting di sektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas bagi Negara setelah karet dan kopi (Fauzi et al., 2008).
Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama tahun 1990 - 2000 mencapai 14.164.439 ha atau meningkat 21,5% dibandingkan akhir tahun 1990 yang hanya 11.651.439 ha (Fauzi, et al., 2008). Selanjutnya Dinas Perkebunan Provinsi Riau (2008-3013) melaporkan bahwa luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau setiap tahun mengalami perubahan,
Sumber: Deriktorat jendral pekanbaru
Hasil tanaman kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk seperti bahan membuat minyak masak, minyak industri, bahan bakar (biodiesel), pulp, sumber energi, makanan ternak dan lain-lain. Potensi yang sangat beragam dari tanaman kelapa sawit membuat kebutuhan terhadap hasil akan semakin meningkat.
Tabel 1.1 Konsumsi Rumah  Tangga Komoditas Perkebunan Tahun 2010-2014
Buah kelapa sawit pasca panen mudah mengalami kerusakan, baik secara fisik maupun mikrobiologis. Kerusakan yang terjadi pada buah kelapa sawit menyebabkan proses hidrolisis semakin cepat sehingga kadar Asam Lemak Bebas (ALB) semakin meningkat. Kerusakan pada buah sawit terjadi akibat proses pemanenan, pengangkutan, pembongkaran di loading ramp, dan produksi. Selain itu lamanya penundaan selama masa tunggu proses produksi menyebabkan kadar ALB semakin tinggi. Faktor yang mempercepat pembentukan ALB setelah tandan dipotong dan sebelum direbus yaitu banyak buah yang rusak; banyak buah yang lepas (memberondol); lamanya pengangkutan; tingkat kematangan buah; dan pengumpulan buah yang tertunda.(alfiah et al., 2015)
Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Peristiwa ini disebabkan karena adanya proses konversi karbohidrat menjadi lemak dalam buah. Setelah kadar minyak dalam buah maksimal, buah akan lepas (brondolan) dari tandannya. Asam lemak bebas dalam buah akan terus naik. Perlu diperhatikan agar buah yang dipanen tidak terlalu (Alfiah et al., 2015)

Mekanisasi menjadi cara paling muktahir untuk mengelola perkebunan kelapa sawit supaya efektif dan efisien. Pasalnya, keberadaan perkebunan kelapa sawit masih terbilang minim teknologi. Pengelolaannya, relatif masih terbilang ala kadarnya, dimana proses kerja manual sebagian besar masih dilakukan, Beberapa pekerjaan di perkebunan kelapa sawit seperti pemupukan, pemanenan dan penggalian untuk irigasi dan land aplication, sering kali masih dilakukan secara manual. Padahal, proses pengerjaan manual cenderung membutuhkan waktu lebih panjang dan kualitas hasil yang terkadang kurang memuaskan.

1.2         Tujuan Peraktek Kerja Lapangan
Tujuan dari praktek lapang yaitu:
1.      Mempelajari dan mengetahui bagaimana teknik mekanisasi panen kelapa sawit di PT Tunggal Perkasa Plantations-Air molek-Indragiri Hulu-Riau.
2.      Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam bidang teknik mekanisasi panen  kelapa sawit.
3.      Mengetahui tahapan mekanisasi panen di PT Tunggal Perkasa Plantations.

1.3         Menfaat Peraktek Kerja Lapangan
 Dengan adanya Praktek lapang ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan terhadap teknik mekanisasi panen kelapa sawit dan ilmu pengetahuan tentang teknik mekanisasi  panen kelapa sawit.

Comments

Popular posts from this blog

Profil Perusahaan PT Tunggal Perkasa Plantation

PT Tunggal Perkasa Plantation Inhu Riau Sejarah Perusahaan Pada tahun 1918 terdapat tiga perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dengan luas lahan 28.000 ha yang berada di Air Molek, Riau. Perusahaan tersebut adalah NV Cultur Maatachappij Indragiri milik Swiss, Indragiri Rubber Limited (IRL) dan Klawat Syndicate yang merupakan joint venture antara perusahaan Inggris dengan Strut Company Malaysia.  Ketiga perusahaan tersebut dinasionalisasikan oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) pada tahun 1963 dan pengelolaannya diserahkan kepada PT Perkebunan Indragiri (PT PI) yang kemudian dilikuidasi kembali oleh pemerintah RI dan diserahkan kepada PT Kulit Aceh Raya Kapten Markam (PT Karkam). Pada tahun 1964 PT Karkam diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Setelah itu, pada tahun 1966 - 1968 perkebunan tersebut diserahkan kepada PT Aslam Karkam II (PT Askar II) dan pada tahun 1968 - 1969 perkebunan tersebut diserahkan kembali kepada PT Perkebunan Indragiri. Pada Tahun 1969 - 1971 per