Tugas Terstruktur Dosen Pembimbing
Ekologi Pertanian Lenny Sasmita, S.P., M.Sc
Oleh:
Kelas II A
Ø Ahmad
Ridho (11282103071)
Ø Hikmah
Rizki Utami (11282202717)
Ø Lutfi
Arifin (11282100207)
Ø Okty
Mashagi (11282202480)
Ø Primadeni (11282102594)
Ø Putri
Nurjanah (11282200204)
Ø Rahma
Linda (11282201141)
Ø Vidi
Aldiano (11282100275)
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2013
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrakhmaanirrakhiim,
Assalaamu’alaikumwarahmatullaahi
wabarokaatuh
Segala puji hanya bagi
Allah SWT yang telah membimbing manusia dengan petunjuk-petunjuk-Nya
sebagaimana yang terkandung dalam Al-Quran dansunnah. Demikian juga penulis
bersyukur kepada-Nya yang telah memberi kemudahan, nikmat, berkah dan
iradat-Nya dalam penulisan makalah Agroekosistem yang sederhana ini hingga
dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa dihaturkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para pengikutnya sampai
di hari kiamat.
Tidak lupa pula penulis
mengucap terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ekologi yang memberi
kesempatan untuk penyelesaian makalah ini, dan terimakasih penulis ucapkan
kepada pihak yang telah memberikan sumbangsi demi penyelesaian makalah ini.
Tentunya dalam
penulisan makalah ini dengan segala keterbatasan, tidak lepas dari kekurangan.
Oleh sebab itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang mendukung dari para
pembaca demi kesempurnaan penulisan dan penyajian pada masa berikutnya. Semoga
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin.
Pekanbaru, Maret 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................ 1
C.
Tujuan.......................................................................................................... 1
D.
Manfaat........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Konsep Agroekosistem................................................................................ 3
B. Komponen Agroekosistem........................................................................... 4
C. Tipe Agroekosistem................................................................................... 11
D. Interaksi Antar Komponen Dalam
Agroekosistem.................................... 13
BAB
III PENUTUP............................................................................................. 14
A.
Kesimpulan................................................................................................ 14
B.
Saran.......................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pertanian dapat
dianggap sebagai suatu usaha intuk mengadakan suatu ekosistem buatan yanga
bertugas menyediaakan bahan makanan bagi manusia.Untuk mendapatkan produksi
yang optimal seperti yang diharapkan, banyak hal yang perlu diperhatikan dalam
bertani, diantaranya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi dan teknik tepat
dalam bertani. Untuk mengetahui bagaimana teknik dan perlakuan yang tepat dalam bertani, maka
sudah barang tentu kita harus mengetahui ban memahami sifat, dan kejadian apa
saja yang terjadi baik pada tanaman itu sendiri maupun pada lingkungan
sekitarnya. Untuk dapat memahami bagaimana hubungan yang terjadi antara suatu
organisme dengan lingkungannya, dan pegaruh-pengaruhnya terhadap pertanian,
maka kita peril mempelajari Ekologi pertanian, yakni siatu ilmu yang menerapkan
prinsip-prinsip ekologi didalam merancang, mengelola, dan mengevaluasi sistem
pertanian yang produktif dan lestari, yang disana akan dipelajari tentang
agroekosistem.Pertanian sebagai suatu ekosistem buatan, mempunyai hubungan
saling emempengaruhi antara makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya, baik yang
menguntungkan bagi pertanian itu sendiri mauun yang merugikan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa konsep agroekositem.
2.
Komponen apa saja yang ada dalam
agroekosistem.
3.
Apa saja tipe agroekosistem.
4.
Bagaimana interaksi komponen-komponen dalam
agroekosistem.
C.
Tujuan
1.
Mengetahui dan memahami konsep
agroekosistem.
2.
Mengetahui komponen-komponaen dalam
agroekosistem.
3.
Mengetahui tipe-tipe agroekosistem.
4.
Mengetahui dan memahami interaksi yang
terjadi antara komponen-komponen dalam agroekosistem.
D.
Manfaat
Semoga makalah
ini dapat menjadi pelajaran dalam
menjalankan pertanian, dan dapat bermanfaat dalam proser perkuliahanbaik bag
penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Agroekosistem
Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan
hewan yang berhubungan dengan lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang
telah diubah oleh manusia untuk menghasilkan Pangan, pakan, serat, kayu bakar,
dan produk- produk lainnya.
Pengertian lain tentang agroekosistem adalah,
bahwa agroekosistem merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang
bertujuan menghasikan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia.
Konsep agroekosistem adalah sistem ekologi yang
terdapat didalam lingkungan pertanian, yang biasanya merupakan sistem alami
yang terjadi setelah dibentuk oleh manusia.[1]
Atau dalam arti lain agroekosistem adalah suatu
kawasan tempat membudidayakan makhluk hidup tertentu meliputi apa saja yang
hidup di dalamnya serta material lain yang saling berinteraksi. Agar lebih
mudah difahami, dapat diartikan lahan pertanian dalam arti luas, termasuk
kedalamnya hutan produksi dengan komoditas tanaman industry (HTI), kawasan
peternakan dengan lading penggembalaan serta tambak-tambak ikan.[2]
Seperti yang kita ketahui, di dalam suatu ekosistem
tentunya terdapat berbagai komponen, dari yang abiotic sampai dengan yang
biotik. Di dalam agroekosistem juga demikian, dan antara komponen-komponen
tersebut menjalin interaksi satu sama lain yang apabila interaksi tersebut
normal, akan terjadi sebuah keseimbangan ekosistem dan sebaliknya apabila tidak
normal, atau ada salah satu di ntara komponen tersebut yang jumlahnya melampaui
batas, missal meledaknya hama maka interaksinya akan terganggu dan tidak akan
seimbang.
B.
Komponen Agroekosistem
Agroekosistem
meliputi seluruh komponen ekosistem yang berada di lingkungan pertanian, yang
meliputi:
1.
Komponen abiotik.
a.
Air.
Tak
kurang dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri akan air. Oleh sebab itu, air
merupakan salah satu komponen abiotic yang sangat menentukan kelangsungan hidup
organisme.
Jika
kita perhatikan berbagai daerah di skitar kita, maka ada daerah yang kaya akan
air, tetapi ada pula yang kering. Perbedaan keadaan tersebut menyebabkan cara
adaptasi berbeda-beda.[3]
Di
dalam agroekosistem, perbedaan keadaan lahan yang berair dengan lahan kering
memiliki penanganan yang berbeda dan tentunya berbeda dalam segi varietas
tanaman yang ditanam.
b.
Tanah.
Tanah
merupakan tempat hidup seluruh kehidupan.Sebagian besar penyusun makhluk hidup
baik langsung maupun tidak langsung berasal dari tanah.Oleh sebab itu tak
mungkin ada kehiduan tanpa adanya tanah.[4]
Karena
sebagian besar kebutuhan makhluk hidup berasal dari tanah, maka perkembangan
suatu ekosistem, khususnya ekosistem darat seperti pertanian dan sebagainya
sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanahnya.Tanah yang subur adalah tanah yang
mampu menyediakan kebutuhan organisme, yaitu banyak kandungan unsur hara makro
dan mikro-nya, cukup remah, dan mengandung biomass yang berguna bagi tanaman
dan tanah itu sendiri khususnya.
c.
Udara
Udara
atau gas merupakan komponen utama dari atmosfer bumi.Gas-gas di atmosfer ini
disamping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur zat
tertentu, seperti oksigen, karbondioksida, nitrogen dan hidrogen.[5]
Di
atmosfer, udara juga merupakan komponen utama tanah. Tanah yang cukup
pori/rongganya akan baik pertukaran udara atau aerasinya. Tanah yang baik
aerasinya akan baik proses mineralisasinya. Dengan demikian komponen udara di
atmosfer maupun di tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal ini
akan berpengaruh pada tanaman.
d.
Cahaya
Cahaya
matahari merupakan komponen abiotic yang berfungsi sebagai sumber energi primer
bagi ekosistem.[6]
Seperti yang kita ketahui, pada aliran energy yang bersumber dari matahari yang
kemudian diserap dan digunakan tanaman ataupun tumbuhan dalam proses
fotosintesis. Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumen I, dan seterusnya
sebagaimana yang kita lihat pada rantai makanan.Penyebaran cahaya matahari ke permukaan bumi tidaklah
merata. Oleh sebab itu, organisme mempunyai cara menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya berbeda.
e.
Suhu
Setiap
makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu, hal itu karena pada setiap
tubuh makhluk hidup akan berlangsung proses kimia yang berkitan erat dengan
suhu.[7]Tak
terkecuali pada tanaman, yang juga memerlukan suhu optimum untuk metabolisnya.
Tinggi rendahnya suhu suatu lingkungan mempengaruhi varietas apa yang cocok
untuk di tanam di sana.
Suhu
tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur hara teganggu, karena
transpirasi meningkat. Apabila kekurangan air ini terus-menerus tanaman akan
rusak. Suhu rendah pada kebanyakan tanaman mengakibatkan rusaknya batang, daun
muda, tunas, bunga dan buah.Besarnya kerusakan organ atau jaringan tanaman
akibat suhu rendah tergantung pada keadaan air, keadaan unsur hara, morfologis
dan kondisi fisiologis tanaman. Pada suhu maksimum, jaringan tanaman akan mati.
Suhu yang baik untuk tanaman dalah suhu maksimum.[8]
f.
Kelembapan
Kelembapan
adalah kadar air pada udara. Kelembapan udara mempunyai pengaruh yang besar
terhadap keersediaan air dalam tubuh. Tersedianya air dalam tubuh berperan
besar dalam menunjang proses metabolisme. setiap organisme mempunyai kemampuan
untuk beradaptasi dengan lingkungan yang kelembapannya berbeda-beda.[9]
Dengan
begitu, tingkat kelembapan pada suatu wilayah akan mempengaruhi jenis varietas,
OPT, kondisi tanah, dan penanganannya tentunya.
g.
Arus angin
Arus
angin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perikehidupan tumbuhan.Di samping
itu, arus angin juga berpengaruh dalam menjaga kesuburan tanah suatu
lingkungan.
Pada
daerah yang arus anginnya kencang, hanya jenis tumbuhan yang mempunai perakaran
kuat dan berbatang liat yang dapat bertahan hidup. Sedangkan tumbuhan yang perakarannya tidak
kuat dan batangnya tidak liat, maka akan mudah terangkat atau patah oleh
kencangnya angin.[10]
h.
Derajat
keasaman / pH
Derajat
keasaman atau pH pada media memberi pengaruh yang besar terhadap distribusi
organisme. Pada lingkungan yang berbeda
pH-nya akan berbeda pula organisme yang hidup disana.[11]Hal
tersebut karena ada beberapa jenis organisme yang hidup di medium yang netral,
da nada juga yang suka hidup di media masam dan ada pula yang menyukai medium
yang bersifat basa.
Dalam
agroekosistem ataupun pertanian, berdasarkan derajat keasamannya memiliki
penanganan yang berbeda-beda.Daerah yang memiliki derajat keasaman yang tinggi
biasanya adalah daerah gambut.
i.
Iklim
Iklim
merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai hasil interaksi berbagai
komponenabiotik lainnya, seperti kelembapan udara, suhu, curah hujan, dan
lain-lain.[12]
Perbedaan
iklim dengan cuaca adalah, cuaca merupakan keadaan atmosfer dalam waktu tertentu
dan pada area yang terbatas.Sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan cuaca
dalam waktu yang lama dan dalam tempat yang luas.
Iklim
uatu daerah sangat menentukan jenis tanaman dan hasil produksi pertaniannya.
Perubahan iklim yang tiba-tiba, akan membuat petani kewalahan terutama dalam
menentukan waktu tanam, atau bahkan bisa berakibat gagal panen. Bukan hanya
itu, akibat iklim tertentu juga dapat menyebabkan meledaknya suatu populasi
hama, dan berakibat fatal pada tanaman budidaya petani.
Organisme
penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia
baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu
tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma.
Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga,
tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis
pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid,
nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi.Perkembangan hama dan penyakit sangat
dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran kalau pada musim
hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah penyakit tanaman sperti
penyakit kresek dan blas pada padi, antraknosa cabai dan sebagainya. Sementara
pada musim kemarau banyak masalah hama penggerek batang padi dan hama belalang
kembara.[13]
Pada
hakikatnya, iklim sangat berpengaruh pada kesuburan ta tanah dan tumbuhan,
banyaknya tumbuhan juga berpengaruh pada iklim, namun tanah yang subur tidak
berpengaruh pada tumbuhan.[14]
j.
Topografi
Topografi
adalah altitude dan latitude suatu tempat.Topografi
mempunyai pengaruh besar terhadap penyebaran makhluk hidup, yang tampak jelas
adalah penyebaran tumbuhannya.[15]Demikian
pada pertanian atau agroekosistem, topografi juga sangat menentukan jenis
varietas, pengelolaan lahan dan lain-lainnya.Missal pada daerag lereng gunung,
pengelolaan lahan biasanya dibuat perundakan pada penanaman padi, atau pada
daerah puncak yang biasanya digunakan untuk perkrbunan teh.
k.
Garam mineral
Tumbuhan
mengambil zat hara dari tanah atau air di lingkungan berupa larutan ion
garam-garam mineral.[16]
Ada tanaman yang mampu menyerap unsur-unsur tertentu dari tanah tanpa bantuan
orgnisme lain. Namun ada juga tumbuhan yang untuk mendapatkan suatu unsur
memerlukan oranisme lain. Misal pada tanaman atau tumbuhan polong-polongan yang
memerlukan bantuan bakteri rhizobium untuk mmengikat unsur N dari udara.
l.
Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang
digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas
(jazat pengganggu).[17]Pestisida
juga merupakan factor penting dalam fagroekosistem. Penggunaan pestisida dapat
embantu petani dalam melindungi tanamannya dari OPT, namun pemakaian pestisida
juga ada yang memberi dampak buruk, baik bagi tanaman atau lingkungan sekitar.
m.
Teknologi
Teknologi
sangat dibutuhkan dalam pertanian.Mulai dari tahap pembenihan ada yang disebut
dengan teknologi benih, sampai dengan pemanenan dan pasca panen.Teknologi
berperan dalam menghasilkan varietas unggul demi mendaatkan haasil produksi
yang maksimal dan mampu bersaing di pasaran, serta menciptakan pertanian yang
berkelanjutan.
2.
Komponen Biotik
a.
Manusia
Di
dalam agroekosistem ataupun ekosistem buatan manusia yang diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia, manusia sangat berperan penting di dalamnya, mulai
dari persiapan awal sampai dengan pasca panen, dan bahkan sebagai konsumen
hasil produksi.
b.
Biota tanah
Di
dalam tanah, berdasarkan berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian secara
umum terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang mrnguntungkan dan
yang merugikan. Berdasarkan spesifikasi fungsinya, jasad hayati tanah
digolongkan menjadi:
Ø Jasad fungsional, contohnya bakteri nitromonas dan nitrobacter yang
berperan dalam nitrifikasi, bakteri rhizobium alam fiksasi N-bebas,
endomikoriza dalam penyediaan dan penyerapan hara P oleh tanaman.
Ø Jasad nonfungsional, contohnya media decomposer bahan organic.[18]
c.
Hewan ternak
Kehadiran
hewan ternak seperti kerbau juga dapat menjadi komponen yang menguntungkan
dalam pertanian, terutama dalam tipe persawahan. Kerbau dapat digunakan sebagai
alat bantu manusia dalam membajak sawah secara tradisional.
d.
Pathogen
Pathogen
dapat diartikan sebagai mikroorganisme yang menyebabkan timbulnya penyakit pada
tanaman.
e.
Gulma
Gulma
adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, atau tumbuhan yang umbuh tidak sesuai
dengan tempatnya.[19]
Kehadiran gulma pada suatu lahan pertanian menyebabkan berbagai kerugian yakni
menurunkan ngka hasil, menurunkan mutu hasil, menjadi inang alternative hama
atau patogen, mempersulitpengolahan dan mempertinggi biaya produksi, dapat
menumbuhkan zat beracun dari golongan fenol bagi umbuhan lainnya, dan
mengurangi debit dan kualitas air.[20]
f.
Hama
Ada
beberapa hama yang dikenal dalam pertanian yakni Nematoda parasitic tanaman,
serangga hama tanaman, tungau, siput, hewan vertebrata, satwa liar dan burung.[21]
C.
Tipe Agroekosistem
Berdasarkan
jenis sampai varietas tanaman yang ditanam, diantaranya:
a)
Monokultur,
yaitu satu jenis atau satu varietas tanaman saja yang di tanam dalam
agroekosistem
b)
Polikultur,
yaitu penanaman lebih dari satu jenis atau varietas tanaman dalam satu kawasan
agroekosistem. Meliputi: tumpang sari (Multiple cropping), tanam lajur
(Intercropping) dan tanam bergilir lebih dari satu jenis atau varietas tanaman
(alleycropping).
Berdasarkan
kondisi lahan, meliputi:
a)
Lahan kering
b)
Lahan basah
c)
Gambut
d)
Rawa
Berdasarkan
penggunaan lahan, yaitu:
a)
Perkebunan
Perkebunan merupakan usaha penanaman tumbuhan secara teratur sesuai
dengan ilmu pertanian dan mengutamakan tanaman perdagangan. Perkebunan penting
bagi bahan ekspor dan bahan industri. Jenis-jenis tanaman perkebunan khususnya
di Indonesia antara lain karet, kelapa sawit, kopi, teh, tembakau, tebu,
kelapa, cokelat, kina, kapas, cengkih (Soerjani, 2007).
Pada sistem pengairan, pertanian lahan kering, kondisi topogragfi
memegang peranan cukup penting dalam penyediaan air, serta menentukan cara dan
fasilitas pengairan. Sumber – sumber air biasanya berada pada bagian yang
paling rendah, sehingga air perlu dinaikkan terlebih dahulu agar
pendistribusiannya merata dengan baik. Oleh karena itu, pengairan pada lahan
kering dapat berhasil dan efektif pada wilayah yang datar datar – berombak
(Kurnia, 2004).
b)
Persawahan
Sawah adalah pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau
dengan pengairan. Bersawah merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara
yang lain, bahkan merupakan cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih
dahulu, yaitu dengan dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk (Rustiadi,
2007).
Sawah bukaan baru dapat berasal dari lahan kering yang digenangi
atau lahan basah yang dijadikan sawah. Hara N, P, K, Ca, dan Mg merupakan
pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada lahan sawah bukaan baru. Hara N, P dan
K merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada ultisol (Widowati et al.,
1997).
Lahan untuk sawah bukaan baru umumnya mempunyai status kesuburan
tanah yang rendah dan sangat rendah.Tanah-tanah di daerah bahan induknya volkan
tetapi umumnya volkan tua dengan perkembangan lanjut, oleh sebab itu miskin
hara, dengan kejenuhan basa rendah bahkan sangat rendah.Kandungan bahan
organik, hara N, P, K dan KTK umumnya rendah (Suharta dan Sukardi, 1994).
Padi (oryza sativa l) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-
tropis.Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat
penanaman sangat penting.Oleh karena air menggenang terus- menerus maka tanah
sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah yang
lempung.
c)
Ladang
d)
Agriforestri
(hutan tanaman)
Agroforesty kompleks (Van Noordwijk et al, 1995).
Praktek agrikultur dengan intensitas rendah seperti perladangan
berpindah, pekarangan tradisional, talun, rotasi lahan, menyisakan banyak
proses ekosistem alami dan komposisi tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Sistem
dengan intensitas tinggi, termasuk perkebunan modern yang seragam dan
peternakan besar, mungkin merubah ekosistem secara keseluruhan sehingga sedikit
sekali biota dan keistimewaan bentang alam sebelumnya yang tersisa (Karyono,
2000).
e)
Kebun/pekarangan
campuran
Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan
sebuah bangunan.Tanah ini dapat diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami
bunga atau terkadang memiliki kolam. Pekarangan bisa berada di depan, di
belakang, disamping sebuah bangunan, tergantung besar sisa tanah yang tersedia
setelah dipakai untuk bangunan utamanya (Anonim, 2009).
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan
yang saling menguntungkan.Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan
ternak, dan sebagian lagi untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan
sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah pekarnagn. Dengan demikian,
hubungan antara tanah, tanaman, hewan piaraan, ikan dan manusia sebagai
unit-unit di pekaranagn merupakan satu kesatuan terpadu (Pratiwi, 2004).
Komponen abiotik dan biotik di dalam agroekosistem saling
berinteraksi untuk mencapai keseibampangan ekosistem pertanian. Kebutuhan
pangan atau sumber nutrisi bagi faktor biotik tersedia dengan adanya faktor
abiotik tanah, air, unsur hara, dan anasir iklim yang mendukung nutrisi dalam
tanah maupun udara menjadi tersedia. Adanya daur unsur atau daur biogeokimiawi
di alam menunjukkan keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan di bab sebelumnya kita dapat menyimpulkan bahwa agroekosistem
merupakan suatu ekosistem batan manusia yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Agroekosistam mempunyai komponen-komponen yang saling berinteraksi
satu sama lain yang apabila interaksinya tidak normal atau salah satu sari
komponennya melebihi batas normal akan mengakibatkan masalah. Dan apabila
interaksi berjalan normal maka akan tercipta suatu keseimbangan.
B.
Saran
Alangkah
baiknya bahasan dalam makalah kami ini tidak dijadikan sebagai acuan
satu-satunya dalam menambah wawasan mengenai agroekosistem.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Hanafiah, Kemas. 2005.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajagrafindo Pers. Jakarta
Basri Jumin, Hasan. 2002 Agroekologi
Suatu Pendekatan Fisiologis. Rajawali Pers. Jakarta
http://anntokkkkkkkkkktvftfctfvvtd.blogspot.com/, 8
maret 2013; 16:30 WIB
Prawihartono dan Sri Hidayati, Slamet.Sains Biologi 1 SMA/MA. Bumi Aksara. Jakarta
Taufiq Arminuddin dan Indah Permanasari, Ahmad. 2011. Ekologi Pertanian. Suska Press:
Pekanbaru.
Triharso, 2010.Dasar-dasar
Perlindungan Tanaman.Gadjah Mada University Press. Jakarta
[1] Hairiah at
all, 2010
[2] Hasan Basri
Jumin, Agroekologi Suatu Pendekatan
Fisiologis(Jakarta:Rajawali Pers,2002),H.16
[3] Slamet
Prawihartono, Sri Hidayati, Sains Bioogi
1 SMA/MA(Jakarta:Bumi Aksara,2007),H.268
[4] Ibid.,
[5] Ibid.,H.289
[6]Slamet
Prawihartono, Sri Hidayati, Sains Bioogi
1 SMA/MA(Jakarta:Bumi Aksara,2007),H.269
[7] Ibid.,
[8]Hasan Basri
Jumin, Agroekologi Suatu Pendekatan
Fisiologis (Jakarta:Rajawali Pers,2002),H.46-55
[9]
Ibid.,H.269-270
[10] Slamet
Prawihartono, Sri Hidayati, Sains Bioogi
1 SMA/MA(Jakarta:Bumi Aksara,2007),H.270
[11] Ibid.,
[12] Ibid.,
[14]Slamet
Prawihartono, Sri Hidayati, Sains Bioogi
1 SMA/MA(Jakarta:Bumi Aksara,2007),H.270-271
[15] Ibid.,H.271
[16] Ibid.,
[17] Triharso, Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
(Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,2010),H.244
[18] Kemas Ali
Hanafiah, Dasar-dasar Ilmu Tanah
(Jakarta:Rajagrafindo Persada,2005)H.194-195
[19]Triharso, Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
(ayogyakarta:Gadjah Mada University Press,2010),H.215
[20]Triharso, Dasar-dasar Perlindungan Tanaman
(ayogyakarta:Gadjah Mada University Press,2010),H.223-224
[21] Ibid.,H.55-120
Comments
Post a Comment