Skip to main content

contoh karya tulis tentang peluang bisnis tempe di desa pelita jaya



Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. dan kami buat dengan waktu yang di tentukan.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan karya tulis seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar mengenai cara pembuatan tempe.
Dalam penyusunan karya tulis ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga dengan adanya karya tulis ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan. Amien..                                                                      
                                                                                                            Gumawang,   februari 2012
                                                                                                                        Penulis















DAFTAR ISI

Halaman judul               ……………………………………………………………..…….. i
Kata pengantar ………………………………………………………….……….. ii
Daftar isi                       ………………………………………………………….……….. iii
BAB I Pendahuluan                  ………………………………………………….………. 1
                        Latar belakang masalah ……………………………….…………. 1
                        Tujuan              ………………………………………….………………. 1
                        Landasan teori              ………………………………………………….. 1
                        Metode penulisan         ………………………………………………….. 1
BAB II             Pembahasan                 ………………………………………………….. 2
BAB III            Penutup                        ………………………………………………….. 14
                        Kesimpulan                  ………………………………………………….. 14
                        Saran                           …………………………………………...……... 14
Daftar pustaka              ………………………………………………………..………… 15







 
BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar belakang masalah
Tempe merupakan makanan yang sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia, tempe memiliki gizi yang tinggi dan biasanya dijadikan lauk - pauk dalam keseharian mayarakat. Tempe disukai oleh semua lapisan masyarakat, baik lapisan masyarakat berekonomi menengah kebawah maupun masyarakat berekonomi menengah keatas. Tempe selain harganya lebih murah dibanding lauk - pauk lainnya, tempe juga memiliki kelebihan lain, yaitu cakupan gizi pada tempe yang tinggi terutama dalam memenuhi kecukupan kebutuhan protein. 

2.      Tujuan penulisan
      Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1.  Mengkaji Proses Pembuatan Tempe
2.  Mengkaji Kandungan  protein, karbohidrat, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral Pada Tempe.
3.   Mengkaji peluang bisnis produksi tempe di desa pelita jaya.
4.   Mengkaji

3.      Landasan teori
Menurut kamus besar bahasa Indonesia tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ("ragi tempe").

4.      Metode
Penulis mencari informasi dibuku, brosur dari internet yang berhubungan dengan penulisan karya ilmiah atau teknik penulisan karya ilmiah yang berkaitan dengan proses pembuatan tempe. Dan wawancara langsung dengan pengrajin tempe di desa pelita jaya.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Sejarah dan perkembangan tempe
Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun demikian, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16.
Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut.
2.      Membuat tempe
A.     Persiapan alat dan bahan
a.       Alat-alat
Beberapa alat yang dibutuhkan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
1.      Kompor dan panic
Kompor dan panic berguna untuk merebus kedelai yang hendak dijadikan tempe. Tanpa perebusan, kedelai, tidak mungkin menjadi tempe karena jamur tidak dapat tumbuh pada kedelai yang masih mentah.
2.      Mesin pembelah biji
proses pembelahan biji di pabrik modern biasanya menggunakan mesin khusus pembelah biji. Bahkan, beberapa mesin sudah dilengkapai dengan system pemisah kulit dari biji. Untuk skala rumah tangga dan tradisional, proses membelah biji kedelai dilakukan dengan menginjak-injak kedelai atau meremas-remasnya. Kapasitas kedelai yang dapat dibelah dengan cara ini sekitar 20 kg untuk seorang tenaga kerja dewasa terampil.






            Gambar Mesin Pembelah Biji
3.      Tampah atau keranjang
Tampah berguna sebagai tempat memilih biji kedelai sebelum digunakan dalam proses pembuatan tempe. Sementara itu, keranjang (keranjang dengan anyaman bambu yang rapat) digunakan untuk mencuci dan memisahkan biji dari kulitnya.
4.      Ember baskom dan drum plastic
Ember, baskom dan drum plastic berfungsi sebagai tempat air, tempat mencuci kedelai, dan sekaligus tempat untuk merendam kedelai. Jumlah dan penggunaanya tergantung pada volumeatau kapasitas bahan baku.
Apabila bahan baku sedikit, cukup menggunakan ember dan baskom saja. Pada skala produksi yang besar, tempat yang digunakan dapat berupa drum plastic atau bak penampung khusus. Sebaiknya hindari pemakaian drum yang terbuat dari baja karena mudah berkarat.
5.      Karung goni
Karung goni berguna  untuk menyimpan kedelai mentah sebelum proses produksi. Selain itu, di perusahaan tempe tradisional, karung goni digunakan sebagai tempat kedelai yang akan dibelah dengan cara menginjak-injaknya sehingga kedelai tetap bersih.
6.      Pengaduk kayu
Pengaduk kayu berguna untuk mengaduk kedelai saat direbus dan saat diberi ragi tempe. Sebaiknya tidak menggunakan penngaduk plastic karena mudah rusak pada suhu tinggi.

7.      Daun pisang atau plastic pembungkus
Daun pisang atau plastic digunakan untuk membungkus kedelai yang telah diberi ragi tempe. Tempe yang di bungkus dengan daun pisang memiliki bentuk dan aroma yang khas. Namun saat ini, plastic lebih banyak digunakan karuna lebih praktis, murah dan mudah diperoleh. Saat ini, daun pisang cukup sulit diperoleh dan mulai tergantikan oleh plastic.
8.      Rak kayu atau bambu
Rak kayu atau bambu berfungsi sebagai tempat fermentasi tempe. Rak-rak disusun bertingkat memuat tempe lebih banyak. Fermentasi umumnya hanya dilakukan beberapa saat hingga jamur mulai tumbuh (tempe setengah jadi atau mondol)
b.      Bahan
1.      Kedelai
Bahan baku utama dalam pembuatan tempe adalah kedelai. Pilihan kedelai yang berkualitas baik, tidak rusak, dan tidak berjamur. Jenis kedelai yang digunakan biasanya kedelai hitam atau kedelai kuning. Kedelai hitam jarang digunakan karena kurang di pasaran.
2.      Ragi tempe
Ragi tempe merupakan bibit jamur tempe atau rhizopus oryzae. Ragi yang berbentuk serbuk ini dapat diperoleh di took bahan pangan atau di laboratorium pangan dan mikrobiologi. Saat ini, ragi sudah banyak terdapat di pasar swalayan dan supermarket. Bahkan, pengrajin tempe sudah mulaimembuat ragi sendiri.





                       Gambar Ragi tempe

3.      Air
Air berguna untuk mencuci, merendam dan merebus kedelai.
B.   Cara membuat tempe
a.   Perebusan dan perendaman
Rebus kedelai hingga mendidih. Jumlah air yang digunakan untuk merebus jangan terlalu banyak cukup 2-2,5 liter air untuk 1 kg kedelai. Setelah mendidih, angkat kedelai dan rendam dalam air bersih, maksimum selama dua hari atau hingga air menjadi berlendir. Umumnya, perendaman dilakukan selama satu hari. Buang air rendaman dan cuci kedelai hingga bersih dan lendirnya hilang.





          


            Gambar : Perebusan dan perendaman kedelai
b.   Pembelahan biji dan pembuangan kulit
pembelahan biji bias dilakukan dengan cara sederhana. Masukkan biji kedelai ke dalam karung goni, lalu injak-injak hingga biji kedelai membelah. Rendam biji didalam air sambil diremes-remas sehingga kulitnya terlepas dan mengambang di permukaan air. Buang kulit biji tersebut.
Selain itu, proses pembelahan biji kedelai dapat dilakukan dengan mesin pembelah biji atau penggiling tipe cakram. Pada perusahaan pembuatan tempe sekala besar, mesin yang digunakan sudah dapat membelah biji sekaligus memisahkan kulit biji sehingga lebih praktis dan efisien.









                                Gambar Pembelahan biji dan pengupasan kulist
c.   Pencucian dan perebusan biji tanpa kulit
cuci biji yang telah terlepas dari kulitnya hingga bersih dan lendirnya hilang. Pencucian dilakukan di bawah air yang mengalir. Setelah dicuci, rebus kembali hingga lunak atau selama 20-30 menit.





                                                             Gambar Pencucian Terakhir
d.   Pemberian ragi tempe (inokulasi)
Taburkan ragi tempe yang telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk 10 kg kedelai diperlukan ragi tempe sekitar 200 gram. Setiap jenis ragi yang dijual di pasaran memiliki kualitas yang berbeda-beda sehingga jumlah ragi yang digunakan sangat tergantung pada jenis raginya.





                                                           Gambar Peragian
e.   Pembungkusan
Plastic yang akan digunakan untuk membunggkus sebaiknya ditusuk-tusuk terlebih dahulu menggunakan jarum sehingga terdapat lubang untuk sirkulasi udara. Bungkus biji kedelai yang telah diberi ragi (bakal tempe) dengan plastic atau daun pisang. Masukkan biji kedelai ke dalam plastic hingga cukup penuh, lalu tutup ujung plastiknya dan pipihkan isinya hingga ketebalan 1,5-2 cm. masing-masing pengrajin biasanya memiliki cara membungkus yang berbeda-beda dengan berbagai bentuk dan ukuran.




                                       Gambar Pembungkusan
f.    Fermentasi
Fermentasi dilakukan dengan meletakkan bakaltempe di rak kayu atau bamboo. Proses fermentasi dilakukan sekitar 1,5-2 hari atau hingga tempe siap olah. Namun, pengrajin tempe hanya memfermentasikan selama satu hari sehingga tempe yang dihasilkan masih setengah jadi (tempe mondol). Pasalnya, konsumen atau pembeli masih dapat menyimpan hingga keesokan harinya.




                                                                        Gambar Fermentasi
C.     Analisis usaha pembuatan tempe
Analisis yang di terapkan disini berdasarkan harga dan biaya yang berlaku di desa pelita jaya, bangsanegara dan mekarjaya. Analisis mencakup proses pembuatan tempe dari persiapan hingga akhir. Pengolahan dilkukan berdasarkan standar skala usaha kecil atau rumah tangga.

a.       Asumsi
1.      skala usaha termasuk skala kecil dengan kapasitas produksi tempe sebanyak 3000 kg tempe per bulan atau 100 kg tempe per hari.
2.      usaha dilakukan selama satu bulan penuh.
3.      tempe yang diproduksi diasumsikan terjual semua.
4.      produksi dilakukan di dalam bangunan tembok ukuran 4 x 4 meter, yang dilengkapai dengan listrik dan sumur. Tempat usaha dapat digunakan selama 15 tahun.
5.      membuat sumur pantek atau bor dengan asumsi masa pakai 10 tahun
6.      masa pakai drum besi, alat pengupas kulit kedelai, bak air, dam pompa air selama 5 tahun.
7.      masa pakai drum plastic dan kompor selama 3 tahun.
8.      masa pakai rigen atau tampah berbentuk persegi yang terbuat dari anyaman bambu selama 2 tahun.
9.      masa pakai ember selama 1 tahun.
10.  harga berlaku di desa Pelita Jaya (survey di desa Pelita Jaya, Bangsa Negara  dan Mekarjaya.

b.      Biaya investasi
Bangunan usaha 4 x 4 meter                                    Rp. 20.000.000
Drum besi                                                               Rp.      200.000
Drum plastic                                                           Rp.      250.000
Ember sebanyak 3 buah x 22.500                           Rp.        67.500
Alat pengupas kulit kedelai                          Rp.   2.000.000
Bak air berukuran 1 x 2,5 x 4 meter                        Rp.   2.000.000
Tampah 1,5 x 4 meter sebanyak                            
    30 buah x 30.000                                               Rp.      900.000
    Pompa air listrik                                                  Rp.      500.000
Sumur pantek atau sumur bor                                  Rp.      300.000
Kompor gas                                                           Rp.   1.000.000
Total Biaya Investasi                                               Rp. 27.217.500

c.       Biaya operasional per bulan
-    Biaya Tetap
Penyusutan bangunan Rp 20.000.000 : 180 Rp.   111.111,11
Penyusutan drum besi Rp 200.000 : 60                   Rp.       3.333,33
Penyusutan drum plastik Rp 250.000 : 36   Rp.       6.944,44
Penyusutan ember sebanyak 3 buah
      Rp 67.500 : 12                                                 Rp.       5.625,00
Penyusutan alat pengupas kulit kedelai
      Rp 2.000.000 : 60                                            Rp.     33.333,33
Penyusutan bak air 1 x 2,5 x 4 meter
      Rp 2.000.000 : 60                                            Rp.     33.333,33
Penyusutan tampah berukuran 1,5 x 4 meter
      Rp 900.000 : 24                                               Rp.     37.500,00
Penyusutan pompa listrik
      Rp 500.000 : 60                                               Rp.       8.333,33
Penyusutan sumur pantek atau sumur bor
      Rp 300.000 : 120                                             Rp.       2.500,00
Penyusutan kompor gas Rp 1.000.000 : 36 Rp.     27.777,78
                  Total Biaya tetap                                                 Rp.   269.791,65

-     Biaya variabel                                                  
Kedelai 150 Kg x Rp 6.000                                   Rp.     9.000.000
Ragi tempe 10 Kg x Rp 15.000                              Rp.        150.000
Plastik 30 Kg x Rp 23.000                         Rp.        690.000
Gas 2 tabung x Rp 75.000                                      Rp.        150.000
Tenaga kerja 25 HOK                                            Rp.        500.000
Listrik                                                                     Rp.        100.000
Total biaya variable                                             Rp.  10.590.000

Total biaya Operasional
      = Total biaya tetap + Total biaya variable
      = Rp 269.791,65 + Rp 10.590.000
      = Rp 10.859.791,65
d.   Penerimaan per bulan
Produksi tempe sebanyak 3.000 kg atau 30.000 bungkus dengan bobot satu bungkus sekitar satu ons.
Penerimaan yang di peroleh setiap bulan
            = 30.000 bungkus x Rp 500
            = Rp 15.000.000


e.   keuntungan perbulan
keuntungan = total penerimaan – total biaya operasional
            = Rp 15.000.000,00- Rp10.859.791,65
            = Rp4.140.208,35
Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp4.140.208,35 / bulan atau 38% dari total biaya operasional.
f.    Break Even Point
BEP harga produksi
            = total biaya produksi : volume produksi
            = Rp 10.859.791,65 : 30.000 bungkus
            =Rp 362,00 per bungkus
BEP volume produksi
            = total biaya : harga produk
            =Rp 10.859.791,65 : Rp500,00/ bungkus
            =Rp 21.720 bungkus
Titik balik modal usaha pembuatan tempe selama satu bulan produksi akan tercapai jika harga jual tempe sebesar Rp362/ bungkus atau produksi mencapai Rp 21.720 bungkus
g.   R/C Rasio
R/C Rasio =  Total penerimaan : Total biaya operasional
            = Rp15.000.000,00 : Rp 10.859.791,65
            = 1,38
R/C bernilai lebih dari satu artinya usaha layak dijalankan. R/C sebesar 1,38 artinya setiap penambahan modal satu rupiah akan menghasilkan penambahan penerimaan sebesar 1,38 rupiah.
     


3.   Khasiat dan Kandungan Gizi Tempe
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut).
Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe.
Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
Asam Lemak
Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya.
Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.
Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).
Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe; vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.
Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe.
Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.
Antioksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini.
Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara.















BAB III
Penutup
1.      Kesimpulan
Tempe dapat diperhitungkan sebagai sumber makanan yang baik gizinya karena memiliki kandungan protein, karbohidrat, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral. Nutrisi utama yang hendak diambil dari tempe adalah proteinnya, karena besarnya kandungan asam amino didalamnya.
Ciri-ciri tempe yang baik
1.      Warna putih bersih merata seluruh bagian. Warna putih ini merupakan miselia jamur yang telah tumbuh.
2.      Tidak terdapat bercak hitam pada tempe.
3.      Struktur homogeny dan memiliki tekstur tempe kompak sehingga tidak hancur saat dipotong tipis.
4.      Apabila dicium, terdapat aroma yang khas, tidak berbau busuk yang menyengat.
 Tempe telah banyak dikonsumsi baik di Indonesia maupun diseluruh dunia, terutama kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menemukan tempe sebagai pengganti daging, sehingga sampai saat ini tempe diproduksi di banyak tempat di dunia. Dan pembuatan tempe cukup mudah dilakukan dan bahan-bahannya sangat mudah ditemuui di sekitar kita, jadi jika anda berniat membuka usaha tempe semoga langkah-langkah diatas dapat membantu.
2.      Saran
Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakatmengenai pemanfaatan kacang kedelai terutama dalam pembuatan tempe, agar nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Dan dapat membedakan antara tempe yang baik dan yang buruk.
Tips menghasilkan tempe yang berkualitas:
1.      Tempat pengolahan dan pembungkusan bersih, agar tidak terjadi kontaminasi.
2.      Pengupasan kulit kedelai harus dilakukan dengan baik.
3.      Pastikan biji kedelai terbelah karena akan memengaruhi kekeompakan tempe.
4.      Tekstur tempe yang kompak di pengaruhi oleh jumlah isi dalam kemasan, umumnya isi bakal tempe sebanyak tiga perempat kemasan
5.      Suhu selama fermentasi sebaiknya sebesar 28-29 0 C
Daftar Pustaka

Warisno,dkk.2010.meraup untungdari olahan kedelai.jakarta:agromedia
Wawancara dengan pengrajin tempe
www.tempe.com




Comments

Popular posts from this blog

Profil Perusahaan PT Tunggal Perkasa Plantation

PT Tunggal Perkasa Plantation Inhu Riau Sejarah Perusahaan Pada tahun 1918 terdapat tiga perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dengan luas lahan 28.000 ha yang berada di Air Molek, Riau. Perusahaan tersebut adalah NV Cultur Maatachappij Indragiri milik Swiss, Indragiri Rubber Limited (IRL) dan Klawat Syndicate yang merupakan joint venture antara perusahaan Inggris dengan Strut Company Malaysia.  Ketiga perusahaan tersebut dinasionalisasikan oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) pada tahun 1963 dan pengelolaannya diserahkan kepada PT Perkebunan Indragiri (PT PI) yang kemudian dilikuidasi kembali oleh pemerintah RI dan diserahkan kepada PT Kulit Aceh Raya Kapten Markam (PT Karkam). Pada tahun 1964 PT Karkam diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Setelah itu, pada tahun 1966 - 1968 perkebunan tersebut diserahkan kepada PT Aslam Karkam II (PT Askar II) dan pada tahun 1968 - 1969 perkebunan tersebut diserahkan kembali kepada PT Perkebunan Indragiri. Pada Tahun 1969 - 1971 per