LAPORAN PRAKTIKUM MATAKULIAH
GENETIKA
DISUSUN
OLEH:
KELAS
IIA
KELOMPOK
II
Anwar (11282104548)
Ariful yadi (11282100617)
Elsy Eka Putri (11282204124)
Ismayuni (11282200514)
Lutfi
Arifin (11282100207)
Novi
Kurniawati (11282200663)
Welda
sari (11282200170)
PROGRAM STUDI AGOROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2013
KATA
PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini, dan kami buat dengan waktu yang telah di
tentukan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan laporan seperti ini, pembaca dapat
belajar dengan baik dan benar Praktikum Genetika.
Penulis mengucapkan
terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi sumbangsi kepada kami dalam
penyelesaian laporan ini. Dan tentunya penulis juga menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan pada laporan ini. Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari
penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan laporan ini.
Semoga dengan adanya laporan ini
kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Amien.
Pekanbaru, April
2013
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar Tabel
Materi I Teori peluang dan
uji khi-kuadrat dalam percobaan genetika
Materi II: Hukum mendel
Materi III: Analogi
pembelahan mitosis dan meiosis
Materi IV : Pembuatan karyotipe
Materi V : Pautan gen dan
pemetaan kromosom
Materi VI : Alel ganda dan
frekuensi gen
Daftar pustaka
Daftar Tabel
1.
Hasil
pembentukan gamet dari individu heterozigot Aa (monohibrid
2.
Penggabungan
gamet hasil perkawinan (A1a1 x A2a2)
3.
Segregasi
alel pada waktu pembentukan gamet
4.
Perbandingan
genotip menurut X2
5.
Perbandingan
fenotipe menurut X2
6.
Segregasi
dan pengelompokan alel dari pasangan gen yang berbeda pada waktu pembentukan
gamet
7.
Perbandingan
fenotipe pada F2 menuurut uji X2
8.
Fenotipe
F2 percobaan Mendel dari berbagai sifat monohibrid
9.
Genotipe
pada sistim golongan darah ABO serta antigen dan antibodinya
10. Klasifikasi dan distribusi golongan darah praktikan genetika 2013
11. Nilai X2
MATERI I
Teori
Peluang dan Uji Khi-kuadrat Dalam Percobaan Genetika
A.
Tujuan Pratikum
Percobaan ini bertujuan :
·
Menghitung peluang dan menghitung uji Khi-kuadrat
·
Menggunakan uji Khi-kuadrat dalamanalisis genetika Mendel
B.
Latar
Belakang
Salah satu
mengapa Mendel berhasil membuat suatu
metode pewarisan yang kebenarannya diakui sampai saat ini adalah memanfaatkan
metode-metode matematis untuk membantu menganalisis data yang dihasilkan. Untuk
lebih mudah dan cepat dalam memahami nisbah genetic (fenotipe, genotype)
generasi F2 percobaan Mendel dapat dihitung menggunakan kaidah-kaidah peluang.
Dalam membuat kesimpulan tentang populasi, umumnya diperoleh dari data
penelitian secara sampling. Untuk itu diperlukan suatu uji matematis/stayistic
agar dapat menganalisis data dan membuat kesimpulan dengan baikpada
tingkay/selang kepercayaan tertentu.Salah satu uji statistic yang sering
digunakan dalam menganalisa data percobaan genetika adalah Uji Khi-Kuadrat.
Peluang munculnya suatu kejadian
Peluang adalah ukuran dari kemungkinan, dan didefinisikan sebagai berikut: Peluang (A) =
Nilai peluang berkisar dari 0 (tidak mungkin terjadi) sampai dengan 1
(pasti terjadi). Bila sebuah mata uang logam yang kedua sisinya setimbang,
salah satu sisi diberi tanda A dan sisi yang lain diberi tanda a, maka peluang
munculnya sisi A = Peluang tersebut didapat dari
kebanyakan sisi A (=1) dibagi dengan banyaknya sisi yang teerdapat pada mata
uang tersebut (=2). Peluang yangsama juga berlaku untuk sisi a =
Peluang dua kejadian bebas
Kejadian A bebas dari kejadian B bila : artinya timbul kejadian A tidak
dipengaruhi oleh munculnya kejadian B. Dua mata uang yang dilemparkan secara
bersamaan akan merupakan dua kejadian yang bebas satu sama lain. Munculnya sisi A pada mata uang pertama tidak akan mempengaruhi
munculnya salah satu sisi pada mata uang yang kedua. Dalam hal ini, peluang
munculnya secara serempak sisi A1 pada mata uang pertama dan sisi a2 pada mata
uang yang kedua adalah : P(A1 a2) = P (A) x P (a2). Hal yang sama akan berlaku
pada proses perkawinan. Jenis alel pada gamet betina (sel telur) tidak
mempengaruhi jenis alel gamet jantan (sperma/serbuk sari) yang akan membuahi, dan sebaliknya.
Uji
Khi-Kuadrat
Dalam kaji
genetik kita akan dihadapkan pada pendugaan frekuensi teoritik berdasarkan
penyebaran data pengamatan, misalnya untuk kasus I (I= 1,2,3,...,k) diketahui
frekuensi teoritik sama dengan n1,n1,...nk dan (N1+N2+...+Nk= N). Bila data itu
mengikuti frekuensi teoritik maka sebaran harapan data sama dengan (n1 x N), (n2 x N),...,(nk x N).Untuk memutuskan dapat diterima atau tidaknya bahwa sebaran pengamatan sama
dengan sebaran harapan dilakukan pengujian dengan menggunakan criteria statiska
X2 (khi-kuadrat) sebagai berikut :
a. Bila X2
hitung < X2db α,
maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan.
b. Bila X2
hitung > X2db α, maka
sebaran pengamatan berbeda dari sebaran harapan.
Nilai X2 db α: dapat
ditemukan pada table sebara Khi-Kuadrat, dimana db (derajat bebas) =k-1; dan α ditentukan
berdasarkan keperluan, biasanya α = 0,05
(atau selang kepercayaan 95%).
C. Metode Percobaan
1. Alat dan bahan
ü Satu koin mata uang yang
seimbang, masing-masing sisi diberi tanda A dan a.
ü Dua koin mata uang yang
sisinya diberi tanda (A1 dan a1) untuk mata uang pertama dan (A2 dan a2) untuk
mata uang yang kedua.
ü Spidol permanent/marker.
2. Prosedur kerja
a.
Peluang satu kejadian
Lemparkan mata uang.Setiap sisi yang muncul
kepermukaan dicatat dan dianggap sebagai alel yang dikandung oleh gamet yang
dihasilkan. Misalnya bila muncul sisi A maka dianggap bahwa gamet yang
dihasilkan mengandung alel A. Lemparan diulang sampai 100 kali dan hitung
banyaknya pemunculan masing-masing sisi. Kemudian uji apakah penyebaran data
sesuai dengan hipotesis bahwa peluang kedua alel adalah sama, atau P(A) = P9a)
= ½.
b.
Peluang dua kejadian bebas
Lemparkan secara serentak dua koin mata uang dan catat kombinasi sisi mata
uang yang muncul (yaitu A1A2, A1a2, a1A2, a1a2). Lakukan pencatatan untuk
masing-masing kombinasi dari 100 kali pelemparan, kemudian uji apakah
kemunculan sisi dari setiap mata uang bebas satu sama lain atau tidak.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 1.
hasil pembentukan gamet dari individu heterozigot Aa (monohibrid)
No
|
Gamet / alel (sisi koin)
|
Hasil percobaan
|
jumlah
|
1
|
A
|
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII
IIII
|
49
|
2
|
A
|
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII
IIIII IIIII I
|
51
|
Total
|
|
|
100
|
No
|
Gamet
|
Pengamatan
|
Hipotesis
|
Harapan
|
Khi-kuadrat
|
1
|
A
|
49
|
|
50
|
0,02
|
2
|
A
|
51
|
|
50
|
0,02
|
Total
|
|
100
|
|
100
|
0,04
|
Keterangan
Harapan =
=
= 50
|
Khi-Kuadrat =
=
= 0,02
|
Derajat
bebas (db) = kelas – 1
= 2 -1
= 1
Db= 3,84
Jadi,
berdasarkan data di atasX2
hitung <X2db α, maka
diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Tabel 2.
penggabungan gamet hasil perkawinan (A1a1 X A2a2)
No
|
Genotipe/pasangan alel/ pasangan sisi koin
|
Hasil percobaan
|
Jumlah
|
1
|
A1A2
|
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII II
|
37
|
2
|
A1a2
|
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIII
|
29
|
3
|
a1A2
|
IIIII IIIII IIIII IIII
|
19
|
4
|
a1a2
|
IIIII IIIII IIIII
|
15
|
Total
|
|
|
100
|
Tabel uji X2
No
|
Gamet
|
Pengamatan
|
Hipotesis
|
Harapan
|
Khi-Kuadrat
|
1
|
A1A2
|
37
|
|
25
|
5,76
|
2
|
A1a2
|
29
|
|
25
|
0,64
|
3
|
a1A2
|
19
|
|
25
|
1,44
|
4
|
a1a2
|
15
|
|
25
|
4
|
Total
|
|
100
|
|
100
|
11,84
|
Keterangan:
-
Harapan =
= 25
-
Khi Kuadrat
-Khi-Kuadrat =
=
= 5,76
-Khi-Kuadrat =
=
= 1,44
|
-Khi-Kuadrat =
=
= 0,64
-Khi-Kuadrat =
=
= 4
|
|
|
Derajat
bebas = kelas-1
= 4-1
= 3
Db tabel= 7,81
Jadi, berdasarkan data di atas X2
hitung> X2db α, maka
sebaran pengamatan berbeda dari sebaran harapan, sehingga data tidak dapat
diterima.
E. Pertanyaan dan Tugas
1.
Berapa peluang untuk masing-masing
sisi sebuah dadu?(berisi enam)
2.
Bila tiga buah dadu dilempar secara
bersama-sama, berapa peluang munculnya mata dadu secara bersamaan pada ketiga
buah dadu tersebut?
Jawab
1. Satu dadu (6 sisi)
No
|
Gamet/alel(sisi
dadu)
|
Hasil
Percobaan
|
Jumlah
|
1
|
1
|
IIII IIII IIII II
|
17
|
2
|
2
|
IIII IIII IIII IIII
|
20
|
3
|
3
|
IIII IIII
|
10
|
4
|
4
|
IIII IIII IIII IIII III
|
23
|
5
|
5
|
IIII IIII IIII IIII
|
19
|
6
|
6
|
IIII IIII I
|
11
|
Total
|
100
|
No
|
Gamet
|
Pengamatan
|
Harapan
|
Deviasi
|
d2
|
X2
|
1
|
1
|
17
|
16,6
|
-0,4
|
0,16
|
0,01
|
2
|
2
|
20
|
16,6
|
3,4
|
11,56
|
0,69
|
3
|
3
|
10
|
16,6
|
6,6
|
43,56
|
2,62
|
4
|
4
|
23
|
16,6
|
-6,4
|
40,96
|
2,47
|
5
|
5
|
19
|
16,6
|
-2,4
|
5,76
|
0,34
|
6
|
6
|
11
|
16,6
|
5,6
|
31,39
|
1,89
|
Total
|
8,02
|
Jadi peluang pada mata dadu tersebut ialah :
1/6 = 0.16
2. Peluang =
=
= 0,17
F. Pembahasan
Dari hasil pengamatan telah didapat data pada pelemparan satu uang logam
sebanyak 100x lemparan, diperoleh data yang signifikan karena di dapat: X2hitung < X2tabel
sehingga lemparan sesuai perbandingan A : G = 1 : 1
Pelemparan dua uang logam
sebanyak 100x pelemparan tidak dapat
diterima karena , berdasarkan data di atas X2 hitung> X2db
α, maka sebaran pengamatan berbeda dari sebaran harapan, sehingga
data tidak dapat diterima.
tetapi, sebagian besar percobaan yang dilakukan datanya diterima atau signifikan
karena semua lemparan yang dilakukan sesuai dengan perbandingan.
G. Kesimpulan
1. Probabilitas atau istilah
lainnya kemungkinan, kebolehjadian, peluang dan sebagaimya umumnya digunakan
untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan.
2. Dalam praktikum ini
menggunakan suatu uji yang dikenal dengan uji X2 dan memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah.Teori kemungkinan
banyak digunakan dalam ilmu Genetika.
MATERI II
Hukum Mendel
A.
Tujuan Pratikum
Percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan prinsip dan proses segregasi serta menjelaskan prinsip dan proses perpaduanbebas.
B.
Latar Belakang
Sebelum abad
ke-20, pewarisan sifat dari tetua kepada keturunannya dipahami sebagai “blending inheritance” atau pewarisan
campuran.Sifat yang diperlihatkan oleh keturunan adalah campuran dari sifat
kedua tetuanya. Jadi bunga berwarna ungu, jika
disilangkan dengan bunga berwarna putih akan menghasilkan bunga berwarna
campuran (ungu muda). Namun teori ini gugur setelah Gregor Mendel melakukan
serangkaian percobaan yang kemudian meletakkan prinsip-prinsip genetika yang
kita kenal sekarang.
Teori pewarisan sifat yang dirumuskan oleh Mendel dari rangkai percobaan yang dilakukan diawali oleh kemauan dan kemampuan untuk mempersiapkan
bahan-bahan persilangan.Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan persiapan ini
adalah mengoleksi/mengumpulkan berbagai jenis kacang-kacangan diantaranya Pisum sativum.Kemudian dari koleksi
ercis yang menyerbuk sendiri selama beberapa generasi ini, ia mengamati dan
memilih tujuh sifat-sifat yang memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan, yaitu
warna bunga ungu dan putih, letak bunga
yang axial dengan terminal, batang pendek dengan tinggi, warna biji hijau
dengan kuning, bentuk biji yang licin dan keriput, dan sifat polong yang pecah
dengan tetap melekat pada batang setelah matang.
Hasil
persilangan dari ketujuh sifat yang diamati menunjukkan bahwa selalu diperoleh
keturunan yang sifatnya seragam mengikuti salah satu tetua.Jadi persilangan
ercis berbunga ungu dengan yang putih menghasilkan keturunan ercis berbunga
ungu saja, walaupun dilakukan persilangan resiprok.Harus diingat bahwa saat itu
belum ada informasi mengenai inti sel, kromosom, apalagi mengenai gen
didalamnya. Mendel menyimpulkan bahwa ada
suatu faktor/satuan pewarisan yang kita kenal sekarang sebagai gen yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sifat yang muncul dari
suatu tetua dikatakan dominan, sedangkan sifat yang tersembunyi disebut
resesif.Untuk yang mewariskan sifat dominan seperti warna bunga ungu, Mendel
menetapkan lambang P (huruf besar), sedangkan untuk yang resesif dilambangkan
dengan p (huruf kecil).
Setiap individu tanaman memiliki dua factor (sepasang) untuk masing-masing
sifat yang kemudian dikenal dengan istilah sepasang alel, satu berasal dari
tetua jantan dan yang lain dari tetua betina. Dalam penggabungan (pembuahan)
setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat
pembentukan gamet, setiap faktor dapat bersegregasi/berpisah kembali dalam
jumlah yang sama. Konsekuensinya setiap gamet akan membawa satu anggota dari
sepasang faktor. Ini kemudian dikenal sebagai hkum Mendel I (equal segregation) yaitu setiap alel
dari sepasang alel akan memisah sewaktu pembentukan gamet dalam jumlah yang
seimbang/sama.
Setelah percobaan di atas, Mendel melakukan persilangan antara
individu-individu zuriat generasi pertama (F1) yang seragam itu (sifat dominan)
dan diperoleh zuriat F2.Zuriat generasi F2 ini tidak lagi seragam, ada yang
memiliki sifat salah satu tetua (dominan) dan ada yang memiliki sifat tetua
yang lain(resesif). Perbandingan fenotipe F2 pada monohybrid untuk sifat
dominan : resesif = 3 : 1 terjadinya karena ada proses penggabungan secara acak
gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1 pada saat pembuahan/fertilisasi
yang didahului oleh proses penyerbukan.
Percobaan berikutnya yang menggunakan dua sifat beda(dihibrid) seperti biji warna kuning dengan bentuk biji bulat. Persilangan
tetua berbiji kuning–bulat dengan tetua hijau keriput pada generasi pertama
akan menghasilkan kedua sifat tersebut yaitu biji kuning dan bulat, tetapi
generasi keduanya akan menghasilkan nisbah fenotipe 9 kuning-bulat, 3
kuning-keriput, 3 hijau-bulat, dalam satu hijau-keriput. Ternyata selain muncul
sifat-sifat tetua, muncul juga sifat-sifat baru yang merupakan gabungan sifat
dari tetua muncul juga sifat-sifat baru yang merupakan gabungan sifat dari
tetua yang satu dengan lain. Kenyataan inilah yang mendasari hukum Mendel II (independent assortment) bahwa alel-alel
dari pasangan gen berbeda akan memisah dan mengelompok secara bebas sewaktu
pembentukan gamet.
C.
Metode
Percobaan
a.
Alat dan bahan
ü Kancing merah dan kancing putih atau kancing sembarangan dan kancing temple
(studi) masing-masing sebanyak 100 buah.
ü Kancing belang merah-kuning, merah-hitam, putih kuning, dan putih hitam
masing-masing sebanyak 100 buah.
ü Kotak karton sebanyak 2 buah ( gamet jantan dan betina)
b.
Prosedur kerja
Ø Hukum Mendel
I
1.Tandai kancing merah dengan lambang M untuk gen
penentu warna merah dan kancing putih dengan lambang m untuk penentu gen warna
putih.
2.Pisahkan 50 kancing merah kekotak jantan dan 50
sisanya kekotak betina demikian juga dengan kancing putih.
3.Aduk isi kotak dengan cara menggoyangkan agar
kaedah acak tercapai. Dengan demikian begitu peluang pengambilan kancing merah
dan kancing putih dalam satu kotak sama.
4.Ambil satu buah kancing dari kotak jantan dan
betina secara bersamaan dan catat kombinasi alel yang diperoleh sampai 50
pengambilan.
5.Ulangi pengambilan sebanyak satu kali dengan
prosedur yang sama.
6.Tentukan perbandingan genotip dan fenotipe
kombinasi yang diperoleh.
7.Bandingkan data pengamatan kelompok dengan data
yang seharusnya menurut Mendel menggunakan uji X2 tarik kesimpulan.
Ø Hukum Mendel
II
Masing-masing kancing berwarna belang (merah-kuning,
merah-hitam, putih-kuning dan putih-hitam) merupakan hasil segregasi dua sifat
beda (dihibrid) misalnya bentuk biji yang ditenyukan oleh alel A dan a, warna
kulit biji yang ditentukan oleh alel B dan b.
1.
Beri lambang A untuk warna merah dan
a warna putih
2.
Beri lambang huruf B untuk warna
kuning dan b untuk warna hitam
3.
Sediakan kancing berwarna belang,
masing-masing sebanyak 100 buah, masukkan 50 buah ke dalam kotak jantan dan 50
sisanya ke kotak betina
4.
Ambil satu buah kancing dari kotak
jantan dan betina secara bersamaan dan catat kombinasi alel yang diperoleh
sampai 50 pengambilan
5.
Ulangi pengambilan sebanyak satu
kali dengan prosedur yang sama
6.
Bandingkan data pengamatan kelompok
dengan data yang seharusnya menurut Mendel menggunakan uji X2 tarik
kesimpulan
D.
HasilPengamatan
Tabel 3.
Segregasi alel pada waktu pembentukan gamet
Kombinasi Alel
|
Pengamatan
|
Jumlah
|
MM
|
IIIII IIIII IIIII
|
15
|
Mm
|
IIIII IIIII IIIII IIIII
|
20
|
Mm
|
IIIII IIIII IIIII
|
15
|
Tabel 4.
Perbandingan genotipe menurut uji X2
Genotype
|
Pengamatan
|
Harapan
|
X2
|
MM
|
15
|
12,5
|
0,4
|
Mm
|
20
|
25
|
1
|
Mm
|
15
|
12,5
|
0,4
|
Total
|
|
|
1,8
|
-Harapan =
= 12,5
|
-Harapan
=
= 25
|
-
Khi-Kuadrat =
=
= 0,4
|
-
Khi-Kuadrat =
=
= 1
|
Db = kelas – 1
=
3-1
=
2
Db = 5,99
Jadi,
berdasarkan data di atas X2
hitung <X2db α, maka
diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Tabel 5. perbandingan fenotipe
menurut uji X2
Fenotipe
|
Pengamatan (P)
|
Harapan (H)
|
Khi-Kuadrat
|
Merah
|
35
|
37,5
|
0,167
|
Putih
|
15
|
12,5
|
0,50
|
Total
|
50
|
|
0,667
|
-Harapan =
= 37,5
|
-Harapan =
= 12,5
|
-
Khi-Kuadrat =
=
= 0,167
|
-
Khi-Kuadrat =
=
= 0,5
|
Db= 1
Db=3,84
Jadi,
berdasarkan data di atas X2
hitung <X2db α, maka
diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Tabel 6. segregasi dan pengelompokan
alel dari pasangan gen yang berbeda pada waktu pembentukan gamet
Kombinasi Alel
|
Pengamatan
|
Jumlah
|
AABB
|
IIIII
|
5
|
AABb
|
II
|
2
|
Aabb
|
IIIII
|
5
|
AaBB
|
IIIII III
|
8
|
AaBb
|
IIIII IIII
|
9
|
Aabb
|
IIIII IIIII
|
10
|
AaBB
|
IIII
|
4
|
AaBb
|
IIII
|
4
|
Aabb
|
III
|
3
|
Tabel 7. Perbandingan fenotipe pada F2 menurut uji X2
Kombinasi Alel
|
Pengamatan
|
Harapan
|
(P-H)2/H
|
A_B_
|
24
|
28
|
0,5
|
A_bb
|
15
|
9,5
|
3,2
|
aaB_
|
8
|
9,5
|
0,2
|
Aabb
|
3
|
3
|
0
|
|
|
|
3,9
|
-Harapan =
= 28,125
|
-Harapan =
=9,375
|
-Harapan =
=9,375
|
-Harapan =
=3,125
|
Db = 3
Db = 7,81
Jadi,
berdasarkan data di atas X2
hitung <X2db α, maka
diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Tabel 8. Fenotipe F2 percobaan mendel dari berbagai sifat monohybrid
No
|
Sifat
|
Ciri dominan
|
Cri resesif
|
Nisbah sebenarnya dominan : resesif
|
1
|
Bentuk biji
|
Bulat = 5474
|
Keriput = 1850
|
2.96 : 1
|
2
|
Warna biji
|
Kuning = 6022
|
Hijau = 2001
|
3.01 : 1
|
3
|
Tinggi tanaman
|
Tinggi = 787
|
Pendek = 277
|
2.84 : 1
|
4
|
Warna petal
|
Ungu = 705
|
Putih = 224
|
3.15 : 1
|
5
|
Letak bunga
|
Aksial = 651
|
Terminal = 207
|
3.14 : 1
|
6
|
Warna polong
|
Hijau = 428
|
Kuning = 152
|
2.82 : 1
|
7
|
Bentuk polong
|
Penuh = 882
|
Kisut = 299
|
2.95 : 1
|
E.
Pertanyaan
dan tugas
1.
Apa yang akan terjadi jika tanaman ercis yang di gunakan Mendel bukan hasil
penyerbukan sendiri selama beberapa generasi ?
2.
Jelaskan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II !
3.
Jelaskan kaitan Hukum Mendel II dengan proses meiosis !
4.
Pada percobaan monohybrid, Mendel mendapatkan hasil sebagaimana pada
Tabel 1.6. lakukan uji Khi-Kuadrat,
apakah masing-masing sifat yang diperoleh Mendel diatas sesuai dengan
nisbahciri dominan : ciri resesif = 3 : 1 (3/4 ciri dominan : 1/4 ciri resesif)
Jawab
1.
Maka Mendel tidak bisa mengamatinya
karena tidak berpaduan bebas
2.
Hukum mendel I (Hukum Segregasi)
Gen-gen dari suatu pasangan gen bersegregasi atau
berpisah satu terhadap lainnya ke dalam gamet-gamet sehingga setengah gamet
membawa salah satu gen dan setengah gamet lainnya membawa gen lainnya dari
pasangan gen tersebut.
Hukum Mendel
II (Hukum Perpaduan Bebas)
Pada waktu pembentukan gamet segregasi salah satu
pasangan gen bebas dari pasangan gen lainnya.
3.
Proses meiosis berlangsung pada saat
pembentukan gamet, dan hukum-hukum Mendel juga berhubungan dengan proses
pembentukan gamet antara lain:
a.
Pada saat meiosis terjadi
berpasangan kromosom homolog, yang setara dengan adanya sepasang gen yang
mengendalikan suatu sifat tanaman.
b.
Kromosom homolog akan berpisah
bermigrasi ke dua kutub yang berbeda, dan hal ini setara dengan hukum
segregasi.
c.
Semua kromosom bebas bermigrasi
kekutub yang berbeda, hal ini setara dengan hukum perpaduan bebas.
4.
Ya, sesuai karena berdasarkan data
di atas X2 hitung <X2db α, maka diterima bahwa sebaran
pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.
F.
Pembahasan
Dalam percobaan hukum mendel
I, dilakukan persilangan monohibrid yaitu warna biji. Warna biji merah (MM)
bersifat dominan yang disimbolkan dengan kancing genetik warna merah, dan warna
biji putih (mm) bersifat resesif disimbolkan dengan kancing genetik warna
putih.Persilangan antara kancing merah (MM) dengan kancing putih (mm) diperoleh
F1 yang 100% berwarna merah (Mm).Karena kancing merah
bersifat dominant.Jika F1 disilangkan dengan sesamanya (F1), maka diperoleh
tiga macam fenotipe yaitu merah-merah, merah-putih, dan putih-putih.Dengan
genotif untuk merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm).Menurut hukum
Mendel I, perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah
3:1.
Berdasarkan hasil
percobaan yang kami lakukan, untuk pengambilan 50x diperoleh data, yaitu untuk
warna merah-merah sebanyak 15 kali, warna merah-putih sebanyak 20 kali, dan warna putih-putih sebanyak 15 kali. Sehingga
diperoleh perbandingan 15:20:15 yang mendekati
angka ratio 1:2:1. Dengan deviasi 1,5 untuk merah, -1,5 untuk putih. Deviasi
menyatakan besarnya penyimpangan hasil pengamatan terhadap besarnya
harapan.Kalau nilai deviasi mendekati angka 1 maka data yang diharap makin
bagus, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki mendekati
sempurna. Tapi kalau perbangdingan o/e makin menjauhi angka 1, data itu buruk,
dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi
oleh faktor lain. Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan perbandingan
fenotif yaitu1:2:1 (1MM:2Mm:1mm). Kancing bergenotife MM
dengan Mm dikatakan berfenotife sama, yaitu merah menjadi karakter dominan.
Dengan demikian terbukti bahwa untuk persilangan monohibrid diperoleh
perbandingan fenotipe 3:1.
Dari percobaan yang dilakukan kali ini dilakukan persilangan dihibrid
(persilangan dengan dua sifat beda) yaitu antara bentuk dan warna biji. Dalam
hal ini warna gen merah (A) pembawa sifat untuk biji bulat dan dominant
terdapat putih (a). Sedangkan warna gen kuning (B) adalah pembawa sipat untuk
warna biji kuning dan dominant terhadap warna hitam (b). Persilangan antara
biji bulat berwarna kuning (BBKK, yang diwakili kancing genetik berwarna merah
dengan biji berwrna hitam (bbkk) diperoleh F1 yang 100% berwarna bulat berwarna
Kuning (BbKk), karena biji bulat dan biji berwarna kuning bersifat dominant
terhadap biji kisut dan biji berwarna hitam.
Menurut hukum Mendel II, perbandingan fenotipe untuk persilangan dihibrid
pada F2 adalah 9:3:3:1. Hasil dari percobaan yang dilakukan, untuk pengambilan
50x diperoleh data rasio fenotifnya, yaitu sifat Bulat-kuning sebanyak 24 kali, sifat Bulat-Hitam sebanyak 15 kali, dan sifat Keriput-kuning sebanyak 8 kali dan keriput-hitam sebanyak 3 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 9:3:3:1.
G.
Kesimpulan
Ø Gen merah bersifat dominant
terhadap gen putih, sehingga gen putih tertutupi oleh gen merah karena gen
putih bersifat resesif. Pada F1 menghasilkan semuanya (100%) merah. Sedangkan
pada F2, persilangan antara F1xF1 maka diperoleh tiga macam fenotipe yaitu
merah-merah, merah-putih, dan putih-putih. Dengan genotif untuk merah (MM),
merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm). dengan perdandingan fenotif 1:2:1.
Perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1. Karena
gen merah dominant.
Ø Hukum Mendel II disebut hukum
pengelompokan gen secara bebas. Perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan
dengan perbandingan fenotip 9:3:3:1. Gen yang bersifat dominant akan menutupi
gen yang bersipat resesip. Tujuan dari persilangan dua sifat beda adalah untuk
mempelajari hubungan antara pasangan-pasangan alelnya dari karekter tersebut.
Comments
Post a Comment